Orang Jepang sangat peduli terhadap golongan darah, bahkan saat bekerja di mister donut, pertanyaan yang sering diajukan adalah golongan darah. Mulai dari Pak manajer hingga staf yang lain semuanya sangat ingin tahu apa golongan darah saya.
Saya sendiri tak begitu peduli dengan golongan darah, sebab tak begitu percaya juga dengan karakter bawaan akibat golongan darah yang dimiliki. Di antara yang disebutkan para pengamat karakter, ada beberapa sifat yang memang sesuai dengan pembawaan saya tapi ada juga yang melenceng. Dan banyak juga orang Jepang yang terlihat dan mengakui tak sesuai pengkategorian berdasarkan golongan darah.
Tapi bagaimanapun juga, mengenal karakter orang memang sangat sulit, termasuk menempatkan orang yang tepat di sebuah jabatan penting pun sangat sulit karena ketidakpahaman akan karakternya. Para pemimpin di Jepang kebanyakan bergolongan darah O, karena dianggap orang-orang O paling mudah bersosialisasi. Olahragawan kebanyakan berdarah B karena orang-orang kelompok ini katanya tak peduli dengan lingkungannya, terus melaju. Para boss kebanyakan bergolongan darah A, termasuk manager saya, karena sangat teliti dan perfeksionis. Orang-orang AB banyak dipakai di bidang R and D karena kaya ide.
Tentu saja setiap golongan darah juga punya sisi kekurangan, yang membuatnya kadang-kadang apes dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun tak begitu yakin dengan pengkategorian sifat seseorang berdasarkan golongan darah, dua hari yang lalu saya sempat mencetuskan ide yang sekedar “nyeplos” tentang hubungan pendidikan dan golongan darah, kepada teman Jepang saya ketika kami sedang menikmati perjalanan naik kereta menuju tempat seminar di Suwa, Nagano.
Saya terfikir untuk memanfaatkan info golongan darah anak sebagai pemahaman tambahan bagi seorang guru atau orang tua untuk mengembangkan pendidikan otak-badan dan naluri anak. Anak-anak yang bergolongan darah A, yang cenderung stress karena selalu ingin perfect dan mengerjakan sesuatu sendiri, harus diajar agar memahami bahwa manusia adalah tempat salah, dan agar dia bisa bekerja secara team. Anak-anak bergolongan darah B harus dilatih empati-nya terhadap sesama. Yang berdarah O yang katanya suka nyantai, harus diajar kedisiplinan secara rutin, dan AB harus dilatih agar mempunyai prinsip yang pasti dan tidak pilih-pilih teman.
Selain itu penentuan jurusan di level SMA juga bisa menjadikan golongan darah sebagai basis analisa karakter dan kemampuan anak. Konsep pemanfaatan informasi golongan darah dalam membaca kemampuan akademik dan perilaku siswa yang kemudian dikembangkan menjadi metode pembelajaran dan pengajaran serta pembimbingan di sekolah, bisa menjadi alternatif untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat student oriented, yaitu memperhatikan kondisi anak satu per satu.
Anak-anak dengan nilai sikap minus harus dikembangkan menjadi nilai sikap positif. Anak-anak dengan nilai positif harus disadarkan akan kemampuannya dan agar menerima teman-temannya yang bernilai minus.
Tapi perlu diingat bahwa Allah sudah menciptakan hamba-Nya dalam keseimbangan yang sempurna. Ada orang dengan perilaku minus ada yang berperilaku positif. Semuanya tak ada yang sempurna agar mereka bisa hidup saling mengisi. Konsep perbaikan karakter dan kemampuan anak berdasarkan golongan darah hanyalah sebuah upaya untuk membantu agar yang berkarakter minus tak terperosok ke dalam lubang yang terlalu dalam dan yang berkarakter positif tak merasa diri sebagai makhluk di awan.
0 komentar:
Posting Komentar
OK....SEKARANG BAGAIMANA KOMENTAR KAMU.......?
THANK YOU.......